Naskah utama Drama – “HUTAN AJAIB PERMATA WARISAN”
Target durasi: ±8–9 menit (aman untuk range 7–10 menit)
DAFTAR TOKOH
Dunia Nyata (Rumah)
- Cahaya (Mama)
- Balqis
- Icha
- Samantha
- Nazara
- Narator
Dunia Cerita (Hutan)
- Nael
- Anisa
- Lilo
- Stacey
- Dava
- Alia
- Bita
- Bintang
- Ghazi
- Rachel
- Gilang
- Fraisha
- Kawan / Anak (serempak)
Penyihir & Monster
- Mortana (Ratu penyihir / ibu)
- Bella (penyihir baik)
- Sabrina (penyihir baik)
- Vanesa (penyihir yang iri)
- Agnes (penyihir jahat)
- Vina (penyihir jahil)
- Monster
- Gerrin
[ SCENE 1 – RUMAH / DONGENG ]
[00:00] [MUSIK LEMBUT MASUK – suasana malam, volume pelan] [Lampu fokus ke “ruang keluarga”: kursi/sofa + tikar. Cahaya sudah duduk atau baru masuk. Balqis, Icha, Samantha, Nazara duduk di lantai/bantal, posisi mengelilingi mama.]
NARATOR:
Di sebuah malam yang tenang, di sebuah rumah sederhana, anak-anak sudah berkumpul di ruang keluarga. Seperti biasa, mereka menunggu satu hal: cerita sebelum tidur dari mama.
CAHAYA:
Eh, anak-anak mama kok di sini?
BALQIS:
Seperti biasa, Ma. Kami kan menunggu mama untuk cerita.
ICHA:
Betul tuh kata Balqis, Ma.
CAHAYA:
Ya ampun, kalian ini ada-ada aja.
SAMANTHA:
Mama mau ceritakan tentang apa malam ini?
CAHAYA:
Tentang… hutan ajaib.
NAZARA:
Mama, hutan ajaib tuh gimana sih, Ma?
CAHAYA:
Sabar, Nak. Ini mau mama ceritakan.
NAZARA:
Oh, oke, Ma.
CAHAYA:
Jadi, kisah hutan ajaib berawal dari sekumpulan anak-anak yang menjelajahi sebuah hutan… hutan yang penuh sihir dan rahasia.
[Lampu di area rumah pelan-pelan diredupkan (mereka freeze). Lampu panggung tengah mulai naik. Musik berganti ke nuansa misteri/fantasy.]
[ SCENE 2 – MASUK KE HUTAN ]
[01:15] [MUSIK MISTERI / FANTASY MASUK] [Dari tengah panggung, rombongan anak: Nael, Anisa, Lilo, Stacey, Dava, Alia, Bita, Bintang, Ghazi, Rachel jalan pelan seolah masuk hutan. Bisa ada properti “pohon” dari karton/kain.]
NARATOR:
Dalam cerita mama, ada sekelompok anak yang nekat menjelajahi hutan ajaib. Mereka tidak tahu, kalau hari itu hidup mereka akan berubah.
NAEL:
Kita ngapain sih ke sini?
ANISA:
Gatahu…
LILO:
Jelajahi hutan, lah.
STACEY:
Mending jelajahi mall dibanding hutan.
DAVA:
Bener lagi.
ANISA:
Boleh bawa es gak sih?
ALIA:
Yakan, panas kali.
BITA:
Yaudah lah, keliling, yok.
STACEY:
Gas.
[Mereka mulai jalan keliling panggung, lihat-lihat “pohon”, dll.]
[ SCENE 3 – KETEMU MORTANA & PENYIHIR BAIK ]
[02:10] [Lampu sedikit meredup, musik fantasy dibuat lebih “berwibawa”. Mortana masuk dari samping/belakang dengan langkah tenang.]
NARATOR:
Saat mereka asyik berkeliling, tiba-tiba muncul sosok penguasa hutan ini…
MORTANA:
Selamat datang di hutan ajaib.
MORTANA:
Saya Mortana, ratu penyihir di sini.
ANISA:
Hallo, Bu…
MORTANA:
Kalau kalian butuh bantuan, panggil saja saya. Buatlah diri kalian senyaman mungkin di sini, dan anggap saja seperti rumah sendiri.
[Bella, Sabrina, Vanesa maju ke dekat Mortana.]
MORTANA:
Bella… kalau mereka macam-macam, tegur yang baik-baik dulu. Jaga mereka keliling hutan. Paham?
SABRINA:
Paham, Ma.
[02:40] [Mortana mundur sedikit / ke samping, memberi ruang Bella–Sabrina–Vanesa.]
GILANG:
Kau siapa, ngalangi jalan cowok ganteng?
VANESA:
Idih, amit-amit. Eh, btw salken, aku Vanesa, seorang penyihir. Dan aku gak sendiri, ada Sabrina dan Bella.
SABRINA & BELLA (bersamaan):
Hallo!
BELLA:
Kalian ngapain ke sini?
BINTANG:
Keliling. Emang gak boleh?
SABRINA:
Boleh kok. Boleh banget, malahan.
VANESA:
Mau gak kami ajak keliling hutan ajaib?
BITA:
Boleh.
VANESA:
Yaudah, yok.
[Rombongan anak + penyihir mulai jalan pelan di panggung, seolah makin dalam ke hutan. Musik tetap fantasy ceria.]
[ SCENE 4 – SIHIR JAHIL PADA DAVA ]
NARATOR:
Tapi ternyata, di balik pepohonan, ada penyihir lain yang mengawasi mereka… dan mulai usil dengan sihirnya.
[Vina dan Agnes bisa berdiri agak jauh / di sisi panggung.]
NARATOR:
Saat mereka berjalan, Vina menyihir Dava.
[SFX SIHIR – “tring” / “whoosh”. Dava tiba-tiba freeze, badan kaku.]
DAVA:
Lah… kok aku gak bisa gerak?
STACEY:
Lah, mana kami tahu?
BITA:
Alah, pura-pura tu. Dah lah, gak usah akting.
DAVA:
Ah, akhirnya bisa gerak juga aku…
ALIA:
Yok lah, lanjut jalan kita.
[Mereka jalan lagi beberapa langkah.]
NARATOR:
Tapi Vina iseng lagi… dan menyihir Dava sekali lagi.
[SFX SIHIR lagi. Dava freeze lagi.]
DAVA:
Woi, jujur woi, siapa yang jahil ni?
ANISA:
Mana kami tahu.
GILANG:
Woi, cepet lah. Ngapain kalian di sana?
AGNES:
Hihihi…
ALIA:
Sabar, itu penyihir juga.
ANISA:
Kayaknya…
LILO:
Kamu gak apa-apa, Dava?
DAVA:
Gak apa-apa kok, aman.
[ SCENE 5 – WARISAN PERMATA ]
[04:20] [Musik sedikit tenang, tetap nuansa misteri. Semua duduk/berhenti seolah istirahat di satu titik hutan.]
BINTANG:
Kok penyihir yang tadi nyihir Dava itu gak sama kalian?
BELLA:
Hah… dukun?
DAVA:
Itu loh, yang nyihir aku tadi.
SABRINA:
Itu penyihir, bukan dukun.
VANESA:
Heh, tolong ya… bedakan dukun sama penyihir.
[Anak-anak tertawa kecil.]
ALIA:
Eh Bella, kenapa penyihir tadi itu gak sama kalian?
BELLA:
Karena mereka termasuk yang rebut warisan ortu kami. Warisan orang tua kami itu diserahkan ke aku, Sabrina, sama Vanesa. Terus mereka marah, dan mereka punya rencana buat rebut lagi.
ALIA:
Kenapa itu dipercaya ke kalian, dan kenapa mereka enggak?
SABRINA:
Karena mereka pakai permata warisan itu buat kepentingan diri sendiri, dan buat hal yang jahat. Padahal warisan itu gak boleh dipakai untuk hal yang jahat.
REYVAL:
Emangnya bisa apa aja sih warisan itu, Bang Mesi?
VANESA:
Udah, intinya… banyak.
STACEY:
Sumpah, ih. Mau lah. Berapa harganya? Seribu bisa gak?
VANESA:
Harga, harga… kau pikir kami jualan?
STACEY:
Iya, emang kenapa?
VANESA:
Anak siapa sih kau…
STACEY:
Anak mama bapak ku lah. Kenapa? Iri?
VANESA:
Idih… enggak, ya.
GILANG:
Halah, iri bilang bos.
RACHEL:
Bisa stop gak berantemnya?
GHAZI:
Denger tuh kata Rachel, jangan berantem dulu napa.
GILANG:
Siap. Kalau Ghazi bicara, ku hargai.
LILO:
Respect to Ghazi.
VANESA:
Kalau aku gimana?
GILANG:
Kau siapa?
VANESA:
Wah, ku kutuk jadi katak baru tahu.
GILANG:
Wah, wah…
LILO:
Apa hukum dari penyalahgunaan sihir?
NAEL:
Banyak gak sih?
DAVA:
Kau tanya pula aku…
RACHEL:
We, balik ajalah.
GILANG:
Nginep sini aja lah.
STACEY:
Gak mau. Panas.
RACHEL:
Denger tuh, panas di sini.
LILO:
Halah, lebay kalian.
NAEL:
Ayok lah, plis.
REYVAL:
Sekali aja.
BINTANG:
Satu harinya…
GHAZI:
Yaudah.
DAVA:
Serius, Ghaz?
GHAZI:
Yaudah lah, sehari nya.
DAVA:
Yasih.
BELLA:
Yaudah, yok istirahat.
SABRINA:
Iya, nih. Udah malam.
[Semua di hutan duduk/tidur posisi santai. Musik pelan, gelap sedikit.]
CAHAYA (VO / dari sudut panggung rumah):
Mereka pun tertidur dengan nyenyak, dan akhirnya pagi pun tiba.
[ SCENE 6 – PERMATA HILANG, VANESA KETAHUAN, DIHUKUM ]
[06:00] [Lampu hutan terang lagi. Musik pelan. Anak-anak bangun, stretching.]
FRAISHA:
Akhirnya pagi.
GHAZI:
Yaudah, yok kita siap-siap, terus balik.
KAWAN / ANAK (serempak):
Oke!
REYVAL:
Eh, penyihir, boleh bantu kami untuk balik?
BINTANG:
Iya, kami gak ingat jalan.
BELLA:
Boleh kok.
SABRINA:
(gerak tangan seolah baca mantra) Loh, kok sihirnya gak berfungsi?
BELLA:
Coba cek permata peninggalan ortu kita.
SABRINA:
Emang boleh?
BELLA:
Boleh. Kan kita gunain untuk hal yang baik.
CAHAYA (VO):
Saat mereka ke tempat permata itu disimpan…
[Bella & Sabrina jalan ke meja/kotak “permata” di sisi panggung.]
BELLA:
Lah… kok hilang permatanya?!
SABRINA:
Hah? Hilang?
BELLA:
Bisa gawat kita nih, Sabrina…
[Suara langkah. Vanesa masuk pelan, pegang “permata”. Musik mulai tegang.]
VANESA:
Kalian nyari ini?
SABRINA:
Iya lah… kok di kamu?
BELLA:
Jangan bilang… kamu lagi yang ambil, Vanesa.
VANESA:
Tuh, tahu.
SABRINA:
Kok kamu tega sih?
VANESA:
Emang kenapa? Gak suka? Kalian pintar, tapi masa gitu aja gak bisa mikir sih…
BELLA:
Parah, parah… menyala, Queen…
SABRINA:
Kok “menyala Queen” sih…
AGNES:
Akhirnya… kita bisa pegang permata ini.
AGNES:
Monster, serang mereka!
[MONSTER masuk. Anak-anak menjerit kecil, lari keliling panggung setengah lingkaran. Jangan terlalu lama, cukup 5–10 detik. Vanesa ikut lari, lalu “terjatuh”. Monster “menangkap” Vanesa (pegang tangan/pundak, aman).]
VANESA:
Aduh, sakit… lepasin lah!
GERRIN:
Kalian gak usah melawan. Gak denger apa kata Nyonya?
VANESA:
halah yapping kali kau
STACEY:
Sadar diri lah. Kau lebih banyak ngomong.
ANISA:
Ngapain kau videoin dari tadi?
STACEY:
Gak apa-apa. Mana tahu nanti viral.
ANISA:
Iya sih…
[Lampu fokus ke sisi lain: Mortana masuk pelan, musik dramatis pelan.]
MORTANA:
Vanesa Aurora Olivia…
VANESA:
Ibu…
MORTANA:
Beraninya kamu gunakan sihirmu untuk hal yang jahat, apalagi pakai warisan orang tua mu sendiri.
VANESA:
Gak gitu, Ma… aku cuma—
MORTANA:
(potong) Cukup. Sihir bukan buat pamer, bukan buat pengkhianatan. Karena itu… kamu saya tarik semua kekuatan sihirmu.
[SFX SIHIR. Vanesa kaget, lalu jatuh lemas / terlihat kehilangan “kekuatan”. Monster melepaskan.]
STACEY:
Huh… rasain tuh. Siapa suruh jadi pengkhianat.
MORTANA:
Sudah. Jangan diganggu dia. Mending kalian semua… segera balik.
ANISA:
Oh, oke, Bu. Makasih udah bantu ngambil warisan orang tua mereka kembali.
RACHEL:
Iya, Bu. Terima kasih.
CAHAYA (VO):
Akhirnya, warisan orang tua mereka kembali ke tangan yang tepat.
[ SCENE 7 – PULANG, PESAN MORAL, YEL 8B ]
[08:00] [Musik kembali lembut, nuansa lega. Semua berdiri lebih tenang.]
BELLA:
Sama seperti kata Bu Mortana, makasih karena kalian udah bantu kami tadi.
RACHEL:
Ah, kecil itu mah.
DAVA:
Sama-sama.
SABRINA:
Karena kalian udah bantu kami mengambil hak kami kembali, monster ini yang akan bantu kalian pulang.
STACEY:
Makasih banyak, teman-teman. Semoga rezeki kalian lancar terus, deh.
SABRINA:
Amin.
ALIA:
Dadaaa…
CAHAYA (VO):
Mereka pun balik ke tempat mereka masing-masing… cerita pun selesai.
[Lampu hutan pelan-pelan redup. Lampu ruang keluarga naik lagi. Musik lembut. Anak-anak hutan keluar / freeze di belakang. Cahaya & anak-anak “rumah” hidup lagi.]
CAHAYA:
Gimana… seru gak?
SAMANTHA:
Seru banget sih, Ma.
CAHAYA:
Siapa nih dari salah satu dari kalian yang bisa jelasin, apa pesan moral dari cerita ini?
BALQIS:
Pesan moral dari cerita ini, jangan segampang itu percaya dengan orang lain. Karena orang terdekat kita saja bisa berkhianat dengan kita.
SAMANTHA:
Betul tuh. Jadinya jangan segampang itu percaya sama orang.
CAHAYA:
Betul. Mama jadi bangga sama kalian.
[Musik mulai agak ceria. Semua berdiri, melangkah ke depan panggung.]
NAZARA:
(hadap penonton) Gimana nih, penonton? Menurut kalian penampilan anak kelas 8B?
BALQIS:
Seru banget, kan? Kalau seru, boleh dong tepuk tangan yang paling meriah!
SAMANTHA:
Kami dari…
SEMUA:
(teriak kompak, melangkah maju, angkat tangan) KELAS 8B CENDANA… HUTAN AJAIB!
(boleh tambah) 8B… JAYA! JAYA! JAYA!
[MUSIK PENUTUP NAIK. Semua pemain membungkuk (bow), lalu keluar panggung rapi.]
[ SELESAI ]