NASKAH DRAMA 8B – HUTAN AJAIB PERMATA WARISAN
[ SCENE 1 – RUMAH / DONGENG ]
Narator:
Di sebuah malam yang tenang, di sebuah rumah sederhana,
anak-anak sudah berkumpul di ruang keluarga.
Seperti biasa, mereka menunggu satu hal:
cerita sebelum tidur dari mama.
Cahaya:
Eh, anak-anak mama kok di sini?
Balqis:
Seperti biasa, Ma. Kami kan menunggu mama untuk cerita.
Icha:
Betul tuh kata Balqis, Ma.
Cahaya:
Ya ampun, kalian ini ada-ada aja.
Samantha:
Mama mau ceritakan tentang apa malam ini?
Cahaya:
Tentang… hutan ajaib.
Nazara:
Mama, hutan ajaib tuh gimana sih, Ma?
Cahaya:
Sabar, Nak. Ini mau mama ceritakan.
Nazara:
Oh, oke, Ma.
Cahaya:
Jadi, kisah hutan ajaib berawal dari sekumpulan anak-anak
yang menjelajahi sebuah hutan… hutan yang penuh sihir dan rahasia.
[ SCENE 2 – MASUK KE HUTAN ]
Narator:
Dalam cerita mama, ada sekelompok anak
yang nekat menjelajahi hutan ajaib.
Mereka tidak tahu, kalau hari itu hidup mereka akan berubah.
Nael:
Kita ngapain sih ke sini?
Anisa:
Gatahu…
Lilo:
Jelajahi hutan, lah.
Stacey:
Mending jelajahi mall dibanding hutan.
Dava:
Bener lagi.
Anisa:
Boleh bawa es gak sih?
Alia:
Yakan, panas kali.
Bita:
Yaudah lah, keliling, yok.
Stacey:
Gas.
[ SCENE 3 – MORTANA & PENYIHIR BAIK ]
Narator:
Saat mereka asyik berkeliling,
tiba-tiba muncul sosok penguasa hutan ini…
Mortana:
Selamat datang di hutan ajaib.
Mortana:
Saya Mortana, ratu penyihir di sini.
Anisa:
Hallo, Bu…
Mortana:
Kalau kalian butuh bantuan, panggil saja saya.
Buatlah diri kalian senyaman mungkin di sini,
dan anggap saja seperti rumah sendiri.
Mortana:
Bella… kalau mereka macam-macam, tegur yang baik-baik dulu.
Jaga mereka keliling hutan. Paham?
Sabrina:
Paham, Ma.
Gilang:
Kau siapa, ngalangi jalan cowok ganteng?
Vanesa:
Idih, amit-amit.
Eh, btw salken, aku Vanesa, seorang penyihir.
Dan aku gak sendiri, ada Sabrina dan Bella.
Sabrina:
Hallo!
Bella:
Hallo!
Bella:
Kalian ngapain ke sini?
Bintang:
Keliling. Emang gak boleh?
Sabrina:
Boleh kok. Boleh banget, malahan.
Vanesa:
Mau gak kami ajak keliling hutan ajaib?
Bita:
Boleh.
Vanesa:
Yaudah, yok.
[ SCENE 4 – SIHIR JAHIL KE DAVA ]
Narator:
Tapi ternyata, di balik pepohonan,
ada penyihir lain yang mengawasi mereka…
dan mulai usil dengan sihirnya.
Narator:
Saat mereka berjalan, Vina menyihir Dava.
Dava:
Lah… kok aku gak bisa gerak?
Stacey:
Lah, mana kami tahu?
Bita:
Alah, pura-pura tu. Dah lah, gak usah akting.
Dava:
Ah, akhirnya bisa gerak juga aku…
Alia:
Yok lah, lanjut jalan kita.
Narator:
Tapi Vina iseng lagi… dan menyihir Dava sekali lagi.
Dava:
Woi, jujur woi, siapa yang jahil ni?
Anisa:
Mana kami tahu.
Gilang:
Woi, cepet lah. Ngapain kalian di sana?
Agnes:
Hihihi…
Alia:
Sabar, itu penyihir juga.
Anisa:
Kayaknya…
Lilo:
Kamu gak apa-apa, Dava?
Dava:
Gak apa-apa kok, aman.
[ SCENE 5 – WARISAN PERMATA & ISTIRAHAT MALAM ]
Bintang:
Kok penyihir yang tadi nyihir Dava itu gak sama kalian?
Bella:
Hah… dukun?
Dava:
Itu loh, yang nyihir aku tadi.
Sabrina:
Itu penyihir, bukan dukun.
Vanesa:
Heh, tolong ya… bedakan dukun sama penyihir.
Stacey:
Sumpah, ih.
Ghazi:
Udah lah, jangan ribut.
Alia:
Eh Bella, kenapa penyihir tadi itu gak sama kalian?
Bella:
Karena mereka termasuk yang rebut warisan ortu kami.
Warisan orang tua kami itu diserahkan ke aku, Sabrina,
sama Vanesa.
Terus mereka marah, dan mereka punya rencana
buat rebut lagi.
Alia:
Kenapa itu dipercaya ke kalian,
dan kenapa mereka enggak?
Sabrina:
Karena mereka pakai permata warisan itu
buat kepentingan diri sendiri, dan buat hal yang jahat.
Padahal warisan itu gak boleh dipakai untuk hal yang jahat.
Reyval:
Emangnya bisa apa aja sih warisan itu, Bang Mesi?
Vanesa:
Udah, intinya… banyak.
Stacey:
Sumpah, ih. Mau lah.
Berapa harganya? Seribu bisa gak?
Vanesa:
Harga, harga… kau pikir kami jualan?
Stacey:
Iya, emang kenapa?
Vanesa:
Anak siapa sih kau…
Stacey:
Anak mama bapak ku lah.
Kenapa? Iri?
Vanesa:
Idih… enggak, ya.
Gilang:
Halah, iri bilang bos.
Rachel:
Bisa stop gak berantemnya?
Ghazi:
Denger tuh kata Rachel, jangan berantem dulu napa.
Gilang:
Siap. Kalau Ghazi bicara, ku hargai.
Lilo:
Respect to Ghazi.
Vanesa:
Kalau aku gimana?
Gilang:
Kau siapa?
Vanesa:
Wah, ku kutuk jadi katak baru tahu.
Gilang:
Wah, wah…
Lilo:
Apa hukum dari penyalahgunaan sihir?
Nael:
Banyak gak sih?
Dava:
Kau tanya pula aku…
Rachel:
We, balik ajalah.
Gilang:
Nginep sini aja lah.
Stacey:
Gak mau. Panas.
Rachel:
Denger tuh, panas di sini.
Lilo:
Halah, lebay kalian.
Nael:
Ayok lah, plis.
Reyval:
Sekali aja.
Bintang:
Satu harinya…
Ghazi:
Yaudah.
Dava:
Serius, Ghaz?
Ghazi:
Yaudah lah, sehari nya.
Dava:
Yasih.
Bella:
Yaudah, yok istirahat.
Sabrina:
Iya, nih. Udah malam.
Cahaya (VO):
Mereka pun tertidur dengan nyenyak,
dan akhirnya pagi pun tiba.
[ SCENE 6 – PAGI, PERMATA HILANG & HUKUMAN VANESA ]
Fraisha:
Akhirnya pagi.
Ghazi:
Yaudah, yok kita siap-siap, terus balik.
Kawan / Anak (serempak):
Oke!
Reyval:
Eh, penyihir, boleh bantu kami untuk balik?
Bintang:
Iya, kami gak ingat jalan.
Bella:
Boleh kok.
Sabrina:
Oke. Nyihir lah…
Loh, kok sihirnya gak berfungsi?
Bella:
Coba cek permata peninggalan ortu kita.
Sabrina:
Emang boleh?
Bella:
Boleh. Kan kita gunain untuk hal yang baik.
Cahaya (VO):
Saat mereka ke tempat permata itu disimpan…
Bella:
Lah… kok hilang permatanya?!
Sabrina:
Hah? Hilang?
Bella:
Bisa gawat kita nih, Sabrina…
Vanesa:
Kalian nyari ini?
Sabrina:
Iya lah… kok di kamu?
Bella:
Jangan bilang… kamu lagi yang ambil, Vanesa.
Vanesa:
Tuh, tahu.
Sabrina:
Kok kamu tega sih?
Vanesa:
Emang kenapa? Gak suka?
Kalian pintar, tapi masa gitu aja gak bisa mikir sih…
Bella:
Parah, parah… menyala, Queen…
Sabrina:
Kok “menyala Queen” sih…
Agnes:
Akhirnya… kita bisa pegang permata ini.
Agnes:
Monster, serang mereka!
Vanesa:
Aduh, sakit… lepasin lah!
Gerrin:
Kalian gak usah melawan. Gak denger apa kata Nyonya?
Vanesa:
Halah, banyak bacot kau.
Stacey:
Sadar diri lah. Kau lebih banyak ngomong.
Anisa:
Ngapain kau videoin dari tadi?
Stacey:
Gak apa-apa. Mana tahu nanti viral.
Anisa:
Iya sih…
Mortana:
Vanesa Aurora Olivia…
Vanesa:
Ibu…
Mortana:
Beraninya kamu gunakan sihirmu untuk hal yang jahat,
apalagi pakai warisan orang tua mu sendiri.
Vanesa:
Gak gitu, Ma… aku cuma—
Mortana:
Cukup.
Sihir bukan buat pamer,
bukan buat pengkhianatan.
Karena itu…
kamu saya tarik semua kekuatan sihirmu.
Stacey:
Huh… rasain tuh.
Siapa suruh jadi pengkhianat.
Mortana:
Sudah. Jangan diganggu dia.
Mending kalian semua… segera balik.
Anisa:
Oh, oke, Bu.
Makasih udah bantu ngambil warisan orang tua mereka kembali.
Rachel:
Iya, Bu. Terima kasih.
Cahaya (VO):
Akhirnya, warisan orang tua mereka
kembali ke tangan yang tepat.
[ SCENE 7 – PULANG, PESAN MORAL, YEL 8B ]
Bella:
Sama seperti kata Bu Mortana,
makasih karena kalian udah bantu kami tadi.
Rachel:
Ah, kecil itu mah.
Dava:
Sama-sama.
Sabrina:
Karena kalian udah bantu kami
mengambil hak kami kembali,
monster ini yang akan bantu kalian pulang.
Stacey:
Makasih banyak, teman-teman.
Semoga rezeki kalian lancar terus, deh.
Sabrina:
Amin.
Alia:
Dadaaa…
Cahaya (VO):
Mereka pun balik ke tempat mereka masing-masing…
cerita pun selesai.
Cahaya:
Gimana… seru gak?
Samantha:
Seru banget sih, Ma.
Cahaya:
Siapa nih dari salah satu dari kalian
yang bisa jelasin, apa pesan moral dari cerita ini?
Balqis:
Pesan moral dari cerita ini,
jangan segampang itu percaya dengan orang lain.
Karena orang terdekat kita saja
bisa berkhianat dengan kita.
Samantha:
Betul tuh.
Jadinya jangan segampang itu percaya sama orang.
Cahaya:
Betul.
Mama jadi bangga sama kalian.
Nazara:
Gimana nih, penonton?
Menurut kalian penampilan anak kelas 8B?
Balqis:
Seru banget, kan?
Kalau seru, boleh dong tepuk tangan yang paling meriah!
Samantha:
Kami dari…
Semua:
KELAS 8B CENDANA – HUTAN AJAIB!
8B… JAYA! JAYA! JAYA!
[ SELESAI ]